Kelompok 4
(Pepaya) :
- Allysa Puspacinta 10513711
- Andiani Dini Putri 10513877
- Anisa Rahma Hanifa 11513078
- Dinda Deniati Pandini 12513549
- Nurfadillah Ami Santika 19513781
PENDAHULUAN
Di kehidupan yang modern ini tentulah banyak sekali
kita temukan sebuah organisasi ataupun kelompok yang terdiri atas sekumpulan
orang dengan tujuan yang sama. Untuk mencapai tujuan tersebut tentulah tidak dapat
jika hanya bergantung pada satu orang saja, semua anggota kelompok memiliki
kewajiban untuk mendorong agar dapat mencapai sebuah tujuan. Tentunya dalam anggota
kelompok tersebut harus memiliki pemimmpin. Seorang pemimpin yang menjadi acuan
para anggota-anggotanya, sehingga sebuah organisasi menjadi semakin bergerak
maju. Para tokoh pun banyak mengungkapkan teorinya tentang kepemimpinan. Dalam tulisan
ini kelompok kami akan membahas sedikit tentang leadership atau dalam bahasa Indonesia biasa disebut dengan kepemimpinan.
TEORI
1. DEFINISI LEADERSHIP atau KEPEMIMPINAN
Menurut Hemphill & Coons dalam Sarwono (2005) kepemimpinan
adalah perilaku seorang individu ketika ia mengarahkan aktivitas sebuah
kelompok menuju suatu tujuan bersama.
Menurut Janda dalam Sarwono (2005) kepemimpinan
adalah suatu jenis hubungan kekuasaan yang ditandai oleh persepsi anggota
kelompok bahwa anggota kelompok yang lain mempunyai hak untuk merumuskan pola perilaku
dan anggota yang pertama dalam hubungannya dengan kegiatannya sebagai anggota
kelompok.
Menurut Jacobs dalam Sarwono (2005) kepemimpinan
adalah interaksi antar manusia di mana salah satunya menyajikan satu jenis
informasi tertentu sedemikian rupa sehingga yang lain yakin bahwa hasilnya akan
lebih baik jika ia berperilaku sesuai dengan cara-cara yang dianjurkan atau diharapkan.
Menurut Roach & Behling dalam Sarwono (2005) kepemimpinan
adalah proses mempengaruhi aktivitas sebuah kelompok yang terorganisasi menuju
pencapaian suatu tujuan.
Dapat
disimpulkan bahwa kepemimpinan atau leadership
adalah seseorang dalam sebuah kelompok yang terorganisasi yang mengarahkan
aktivitas anggotanya untuk menuju pencapaian tujuan tertentu.
2. TEORI KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF
Kepemimpinan partisipatif (participative leadership) menurut Tangkilisan (2005)
yaitu pemimpm meminta dan
menggunakan saran-saran bawahan, tetapi tetap berperan dalam pengambilan dan
pembuatan keputusan.
A. Teori X dan Y oleh Douglas McGregor
Menurut purwanto (2006) teori X dan Y didasarkan
pada berbagai asumsi tentang para karyawan
atau pegawai dan bagaimana memotivasi mereka. Berbagai asumsi yang
mendasari Teori x dan Y adalah:
Asumsi yang dikembangkan dalam Teori X pada dasarnya
cenderung negatif dan gaya kepemimpinan yang diterapkan dalam suatu organisasi
adalah gaya kepemimpinan petunjuk (directive
leadership style). Gaya kepemimpinan petunjuk sangatlah tepat diterapkan manakala
karyawan yang menyadi bawahannya tersebut cenderung pasif, malas bekerja, tidak
kreatif dan tidak inovatif. Dalam hal ini, komunikasi yang dikembangkan antara
manajer dengan para karyawannya cenderung menjadi komunikasi satu arah yaitu
komunikasi dari manajer ke bawahan (top-down
communications). Sumber komunikasi lebih didominasi dari manajer sehingga
bawahan cenderung hanya mengiyakan.
Sementara itu, asumsi yang dikenmbangkan daalm Teori
Y pada dasarnya cenderung positif dan gaya kepemimpinan yang diterapkannya
adalah gaya kepemimnpinan partisipatif (participative
leadership style). Dalam Teori Y diasumsikan bahwa karyawan cenderung
berperilaku positif. Karyawan pada dasarnya memiliki semangat kerja yang
tinggi, tidak malas bektrja, ingin kerja mandiri dan memiliki komitmen yang
tinggi dalam mencapai tujuan suatu organiasi.
B. Teori empat sistem oleh Rensis linkert
Menurut Winarni (2011)
empat sistem yang dikemukakan Rensis yaitu:
Sistem I (Gaya Otokratis)
Pemimpin dalam gaya ini mempunyai sedikit kepercayaan kepada bawahan. Suka mengeksploitasi bawahan, dan bersikap paternalistik. Cara pemimpin memotivasi bawahan dengan menakut-nakuti dan menghukum, diselang-seling pemberian penghargaan secara kebetulan.
Sistem II (Gaya Otokratis yang baik hati)
Dalam sistem ini pemimpin dinamakan otokratif yang bijaksana, karena pimpinan tetap otoriter namun dalam melaksanakan tugasnya mencoba merendahkan diri kepada bawahan. Keputusan pada umumnya dibuat dari atas, akan tetapi dalam beberapa hal yang sangat terbatas bawahan diajakuntuk memberikan pertimbangan-pertimbangan di dalam pengambilan keputusan. Pemberian imbalan dan sanksi digunakan bersama-sama untuk mendorong bawahan agar giat bekerja.
Sistem I (Gaya Otokratis)
Pemimpin dalam gaya ini mempunyai sedikit kepercayaan kepada bawahan. Suka mengeksploitasi bawahan, dan bersikap paternalistik. Cara pemimpin memotivasi bawahan dengan menakut-nakuti dan menghukum, diselang-seling pemberian penghargaan secara kebetulan.
Sistem II (Gaya Otokratis yang baik hati)
Dalam sistem ini pemimpin dinamakan otokratif yang bijaksana, karena pimpinan tetap otoriter namun dalam melaksanakan tugasnya mencoba merendahkan diri kepada bawahan. Keputusan pada umumnya dibuat dari atas, akan tetapi dalam beberapa hal yang sangat terbatas bawahan diajakuntuk memberikan pertimbangan-pertimbangan di dalam pengambilan keputusan. Pemberian imbalan dan sanksi digunakan bersama-sama untuk mendorong bawahan agar giat bekerja.
Sistem III (Gaya Konsultatif)
Dalam gaya ini pimpinan pada dasarnya telah meletakkan
dasar-dasar hubungan manusiawi dan persaudaraan, rasa saling menghargai dan mempercayai
terhadap bawahan meskipun belum sepenuhnya. Kebijakan umum dan keputusan-keputusan
mendasar masih dipegang pimpinan,tetapi dalam beberapa hal bawahan dilibatkan dan
diminta pertimbangan dalam pengambilan keputusan. imbalan lebih banyak digunakan
untuk mendorong bawahan daripada sanksi.
Sistem IV (Gaya Partisipatif)
Sistem IV (Gaya Partisipatif)
Merupakan gaya kepemimpinan dimana pimpinan memberikan
kepercayaan penuh pada bawahan dengan kerelaan untuk menanggung resiko atas kesalahan
bawahan.
C. Teori of leadership pattern choice oleh Tannenbaum & Scmidt
Menurut Winarni (2011) tujuh
gaya kepemimpinan Tannenbaum & Scmidt yakni:
1)
Pemimpin membuat
dan mengumumkan keputusan terhadap bawahan (teiling)
2)
Pemimpin menjual
dan menawarkan keputusan terhadap bawahan (selling)
3)
Pemimpin
menyampaikan ide dan mengundang pertanyaan
4)
Pemimpin
memberikan keputusan tentatif, dan keputusan masih dapat diubah
5)
Pemimpin memberikan
problem dan minta saran pemecahannya pada bawahan (consulting)
6)
Pemimpin
menentukan batasan-batasan dan minta kelompok membuat keputusan
7)
Pemimpin
mengizinkan bawahan berfungsi dalam batas-batas dilentukan (joining)
Menurut Tannenbaum dan Schmidt (dalam winarni 2011) pemilihan gaya kepemimpinan yang efektif faktor yang harus dipertimbangkan oleh seorang pemimpin yaitu:
Menurut Tannenbaum dan Schmidt (dalam winarni 2011) pemilihan gaya kepemimpinan yang efektif faktor yang harus dipertimbangkan oleh seorang pemimpin yaitu:
1) Kekuatan yang
ada pimpinan: meliputi latar belakang pendidikan, latar belakang kehidupan pribadi,
pengetahuan, nilai-nilai hidup yang dihayati,
kecerdasan, pengalaman, dan lain lain.
2)
Kekuatan yang
ada bawahan,tingkat kebutuhan bawahan akan tanggung jawab dan kebebasan
bertindak dalam pembuatan keputusan
3)
Tingkat
pengetahuan dan berpengalaman yang dimiliki bawahan dalam bekerja.
D. Teori kepemimpinan dari konsep Approach to participation oleh Vroom & Yetton
Menurut Winarni (2011) Vroom-Yetten menjelaskan bahwa
perilaku kepemimpinan dipengaruhi oleh unsur situasi internal (kondisi pendidikan,
penghasilan bawahan, tingkat keberhasilan perusahaan) dan unsur kepribadian
pimpinan (pengalaman, pengetahuan, ketrampilan komunikasi serta sifat-sifat
pribadi lain pimpinan). Selanjutnya tingkah laku pemimpin dan unsur situasi
ekstern (kondisi perekonomian sosial, kemasyarakatan, politik dan persaingan)
akan mempengaruhi tingkat efektivitas organisasi.
Model kontingensi ini membantu pimpinan dalam
memutuskan kapan dan sejauh mana pimpinan harus melibatkan bawahan dalam memecahkan
masalah tertentu. Model ini menawarkan lima gaya kepemimpinan yang melukiskan
suatu kepemimpinan yang berkelanjutan (continum) dari pendekatanan otoriter,
konsultatif sampai dengan partisipatif sepenuhnya.
E. Teori kepemimpinan konsep contingency theory of leadership oleh Fiedler
Menurut Winarni (2011) menurut Fiedrer ada tiga
faktor yang mempengaruhi situasi bagi pimpinan dalam penentuan gaya kepemimpinannya:
1)
Hubungan
pimpinan - bawahan (HpB)
2)
Tingkat
kejelasan struktur tugas (KST)
3)
Tingakat
kekuatan kekuasaan yang dimiliki pimpinan (KKp)
Ke
tiga faktor tersebut menimbulkan tiga macam situasi yang dihadapi pimpinan
yakni:
a) Situasi sangat
menyenangkan pemimpi (favorabte), bila keadaan ke tiga faktor tersebut
mempunyai derajat yang tinggi. pemimpin diterima oleh para pengikutnya (HpB
tinggi), semua tugastugas ditentukan secara jelas (KST tinggi), dan tingkat
kekuatan kekuasaan pimpinan dalam organisasi tinggi (KKp tinggi)
b) Situasi sangat
tidak menyenangkan (un favorabte), jika yang timbul sebaliknya, baik HpB, KST
maupun KKp dalam derajat rendah.
c) Situasi
ditengahtengah antara sangat menyenangkan dan sangat tidak menyenangkan.
Pemilihan
gaya efekif yang sesuai dengan situasi tersebut adalah:
a) Gaya orientasi
tugas sangat efektif diterapkan, pada situasi yang dihadapi pimpinan sangat
menyenangkan dan situasi yang sangat tidak menyenangkan.
b) Gaya orientasi
hubungan kemanusiaan cocok diterapkan, apabila situasi yang dihadapi pimpinan menunjukkan keadaan ditengah-tengah yaitu situasi antara menyenangkan dan tidak
menyenangkan.
F. Teori kepemimpinan konsep path goal model
Menurut Winarni (2011) Teori ini berkaitan dengan
Teori Harapan (Expectancy Theory). Bahwa
seseorang akan puas dan bangga atas pekerjaannya bila merasa pekerjaannya itu
menghasilkan sesuatu yang bernilai cukup tinggi bagi organisasi. Dan akan
bekerja keras bila merasa yakin bahwa usahanya akan mendatangkan hasil yang
lebih tinggi lagi padanya. Tugas pimpinan menunjukkan dan memperjelas hubungan
antara hasil pekerjaan dengan apa yang diharapkannya. Ada empat macam gaya utama
kepemimpinan menurut teori path-goal sebagai berikut:
1) Kepemimpinan
direktif atau instrukif (directive
leadership)
Tipe
ini sama dengan model kepemimpinan otokratis. Memberitahukan kepada bawahan apa
yang diharapkan dari mereka, member pedoman yang spesifik, meminta bawahan
untuk mengikuti peraturan-peraturan dan prosdur-prosedur, mengatur waktu dan mengkoordinasikan
pekerjaan mereka.
2) Kepemimpinan
yang mendukung (suppottive leadership)
Gaya
kepemimpinan yang menunjukkan kesediaan bersahabat dan mudah didekati,
mempunyai perhatian kemanusiaan terhadap para bawahan.
3) Kepemimpinan
partisipatif (participative leadership)
Pimpinan
meminta dan mempergunakan saran-saran bawahan dalam pengambilan keputusan.
4) Kepemimpinan yang berorientasi prestasi (achievement oriented leadership).
Gaya kepemimpinan yang menetapkan serangkaian tujuan yang menantang para bawahan untuk berpartisipasi, dan memberikan keyakinan pada mereka mampu melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan dengan baik.
4) Kepemimpinan yang berorientasi prestasi (achievement oriented leadership).
Gaya kepemimpinan yang menetapkan serangkaian tujuan yang menantang para bawahan untuk berpartisipasi, dan memberikan keyakinan pada mereka mampu melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan dengan baik.
PENUTUP
Dari
penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan atau leadership adalah seseorang dalam sebuah
kelompok yang terorganisasi yang mengarahkan aktivitas anggotanya untuk menuju
pencapaian tujuan tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Sarwono,
S.W. (2005). Psikologi sosial. Jakarta
: Balai pustaka
Tangkilisan,
H. N. S. (2005). Manajemen publik. Jakarta
: Grasindo
Purwanto,
D. (2006). Komunikasi bisnis. Jakarta
: Erlangga
Winarni, F.(2011). Modul kepemimpinan. Fakultas ilmu sosial dan ekonom Universitas negeri Yogyakarta
0 komentar:
Posting Komentar